kabaris.com - Kementerian Kesehatan mengumumkan kasus pertama varian Omicron di Indonesia yang ditemukan pada seorang pekerja di wisma atlet, Kamis (16/12/2021). Omicron, yang pertama kali diidentifikasi di Botswana dan Afrika Selatan (Afrika Selatan), adalah "varian perhatian" WHO, yang menyebar lebih cepat bahkan daripada Delta.
Meski menjadi momok menakutkan yang menyebabkan lonjakan kasus di beberapa negara, gejala Covid-19 varian Omicron tidak jauh berbeda dengan varian corona sebelumnya. Bahkan, beberapa penelitian menyebutkan gejala yang ditimbulkan lebih ringan.
Kepala Asosiasi Medis Afrika Selatan, dokter Angelique Coetzee, mengatakan gejala Omicron sangat berbeda dengan varian Delta. Dia mengatakan gejala Omicron sangat mirip dengan gejala pilek atau flu.
Kepala Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, memberikan sinyal yang baik dalam penelitian awal tentang infeksi Omicron. Salah satunya, gejala varian omicron lebih ringan dan konsisten pada sejumlah kasus.
Beberapa bukti juga menunjukkan varian Omicron menyebabkan penyakit yang lebih ringan daripada Delta. Namun, WHO meminta warga tetap waspada karena penularan yang cepat bisa membebani rumah sakit.
Lalu apa saja gejalanya?
Menurut laporan Centers for Disease Control and Prevention (CDC), mayoritas penderita Omicron mengalami gejala batuk kering disertai tenggorokan gatal, kemudian lelah, hidung tersumbat. Namun bisa juga diikuti dengan demam, mual, sesak napas atau kesulitan bernapas dan diare.
Tapi kehilangan penciuman sangat jarang. Hanya 8% pasien yang mengalami anosmia. Dalam penelitian di Afrika Selatan, alat bantu pernapasan dan oksigen jarang digunakan.
Penelitian terbaru yang diterbitkan di Inggris mengidentifikasi Omicron sebagai mengidentifikasi lima gejala utama: pilek, sakit kepala, kelelahan, bersin, sakit tenggorokan. Studi tersebut juga mengungkap kasus Covid-19 dengan varian omicron, yang mungkin lebih sulit diidentifikasi.