Model pesawat KF-X buatan Korsel. (AFP/JUNG YEON-JE) |
Menurut salah satu pejabat kantor kepresidenan, Jokowi akan membahas masalah pembayaran produksi jet KF-21 dalam pertemuan tersebut.
Kunjungan Jokowi ke Korea Selatan merupakan rangkaian kunjungan kenegaraan di Asia Timur setelah mengunjungi China dan Jepang.
"Masalah pembayaran diharapkan akan dibahas pada pertemuan itu," kata seorang pejabat senior dari kantor kepresidenan, dikutip dari The Korea Times.
Seperti dilansir The Korea Times, Indonesia dan Korea Selatan menandatangani perjanjian jet tempur KF-21 pada 2010. Indonesia sepakat membayar 1,6 triliun won (Rp 18,2 triliun) untuk pengembangan jet tersebut.
Jumlah tersebut setara dengan 20 persen dari total biaya yang digunakan untuk mengembangkan jet tersebut yang mencapai 8,8 triliun won (Rp 100 triliun). Dari kesepakatan tersebut, Indonesia akan mendapatkan beberapa pesawat untuk TNI AU, serta alih teknologi.
Meski begitu, Indonesia memiliki masalah pembayaran. Indonesia sendiri belum membayar 800 miliar won (Rp 9,1 triliun) yang dijanjikan kepada Korea Selatan bulan ini karena masalah keuangan.
November lalu, Indonesia harus melakukan negosiasi ulang agar bisa terus berpartisipasi dalam proyek KF-X. Indonesia menawarkan untuk membayar bagiannya dalam barter.
Dari negosiasi tersebut, Indonesia dan Korea Selatan sepakat bahwa Jakarta akan tetap menanggung 20 persen biaya pengembangan proyek. Namun, 30 persen dari biaya dapat dibayar menggunakan barang.
Menurut peneliti di Forum Pertahanan dan Keamanan Korea, Shin Jong Woo, kunjungan Jokowi ke Korea Selatan akan berdampak positif untuk mengatasi keterlambatan pembayaran biaya produksi jet KF-21 dari Indonesia.
“Defense Acquisition Program Administration (DAPA) bertekad untuk tidak mengirim KF-21 ke Indonesia jika negara tidak membayar bagiannya. Namun, keberhasilan penerbangan perdana KF-21 akan memainkan peran positif dalam mengatasi masalah keterlambatan pembayaran saat Jokowi berkunjung ke sini," kata Shin.
“Melihat perkembangan tersebut, Indonesia yang sebelumnya skeptis terhadap proyek KF-X mungkin akan lebih antusias,” ujarnya.
Selain itu, Shin juga mengomentari berita tentang kemungkinan Indonesia menarik diri dari perjanjian tersebut. Menurut Shin, tidak mungkin Indonesia dengan mudah memutuskan untuk keluar dari kesepakatan tersebut, mengingat Indonesia tidak memiliki jet tempur generasi 4,5 dengan kemampuan siluman.
“Rafale [Jet] yang baru-baru ini dibeli Indonesia bukanlah jet tempur siluman, KF-21 adalah opsi yang lebih menarik, sesuatu yang tidak dapat diabaikan oleh negara,” kata Shin.
Seorang pejabat industri pertahanan juga berharap kunjungan Jokowi ke Korea Selatan dapat membawa kabar baik bagi kerja sama kedua negara dalam program KF-X.
“Saya berharap kunjungan Jokowi dapat membawa hasil positif bagi program KF-X,” kata pejabat tersebut.