Notification

×

Iklan

Iklan

Tag Terpopuler

Menunggu Suara Keras 'Saya Mundur' Atas Tragedi Kanjuruhan

Tuesday, October 4, 2022 | October 04, 2022 WIB Last Updated 2022-10-04T07:50:04Z

 

Tragedi Kanjuruhan jadi sorotan dunia. (AFP/STR)

kabaris --Tragedi berdarah di Stadion Kanjuruhan menyisakan duka yang mendalam. Namun, hingga saat ini belum ada yang berani mengangkat kepala sebagai penanggung jawab.

Kerusuhan langsung pecah setelah Arema FC kalah 2-3 dari Persebaya. Banyak versi bermunculan terkait penyebab tragedi yang merenggut nyawa ratusan orang tersebut.


Salah satunya mengaku Aremania masuk ke lapangan untuk melampiaskan kekesalannya. Polisi menanggapi insiden itu dengan 'tongkat' dan gas air mata.


Namun, tembakan gas air mata itu tidak hanya menyasar para suporter yang masuk ke lapangan, tetapi juga ke arah tribun penonton yang membuat massa panik.


Akibatnya, massa penonton berlarian dan berdesak-desakan menuju pintu keluar hingga sesak napas dan terinjak-injak hingga tewas.


Sejauh ini polisi mencatat 125 orang tewas dalam kejadian ini. Perempuan dan anak-anak termasuk dalam daftar korban yang meninggal secara tragis. Dua petugas polisi juga dinyatakan tewas.


Tak bisa dipungkiri, aksi Aremania di lapangan menyalahi aturan meski hanya berniat berfoto bersama para pemain. Apalagi, beberapa suporter bergegas ke lapangan dan merusak fasilitas stadion.


Namun, reaksi polisi yang menembakkan gas air mata kepada para penggemar menjadi sorotan dalam kasus ini. Pasalnya, regulasi FIFA terkait keamanan dan keamanan stadion (FIFA Stadium Safety and Security Regulations), tidak mengizinkan penggunaan gas air mata.


Aturan tersebut tertuang dalam Pasal 19 b FIFA tentang penjaga keamanan lapangan (Pitchside Stewards). Pasal tersebut berbunyi, "Senjata api atau 'gas pengendali massa' tidak boleh dibawa atau digunakan".


Dalam Tragedi Kanjuruhan, polisi berdalih harus menembakkan gas air mata untuk meredam serangan suporter.


"Karena gas air mata, mereka [kerumunan] keluar ke satu titik, di pintu keluar. Kemudian terjadi penumpukan. Selama proses penumpukan ada sesak napas, kekurangan oksigen," kata Kapolda Jatim Nico Afinta , seperti dikutip Antara.


Sementara itu, PSSI menyampaikan belasungkawa atas hilangnya nyawa dan mengaku belum bisa memastikan apakah polisi telah melanggar prosedur keamanan di stadion.


Kita tentu menyerahkan sepenuhnya kepada pihak investigasi. Kemudian dari pihak kepolisian bahkan pun pihak PSSI sudah saat ini berjalan untuk melakukan dan menginvestigasi kejadian ini seperti yang saya sampaikan tadi," kata Sekjen PSSI, Yunus Nusi.


"Kita tunggu saja di sore hingga malam hari keterangan yang akan disampaikan oleh Ketua Umum dan tim yang sudah ada di Malang dan ini kita juga akan mendapat informasinya tentang apa bagaimana dan seperti apa yang terjadi di Malang tadi malam," sambungnya.


Yunus juga menjelaskan alasan PT Liga Indonesia Baru (LIB) mengabaikan rekomendasi polisi untuk menggelar pertandingan Arema FC vs Persebaya pada sore hari.


Pemain dan ofisial Arema berdoa bersama atas Tragedi Kanjuruhan. (AP/Achmad Ibrahim)



Yunus berujar waktu pertandingan yang telah ditetapkan merupakan kesepakatan karena tidak ada suporter Persebaya yang bertandang ke Stadion Kanjuruhan.


Presiden Arema FC Gilang Widya Pramana atau biasa disebut Juragan 99 mengaku siap bertanggung jawab dan menerima sanksi apapun menyusul insiden Tragedi Kanjuruhan.

"Kita dari manajemen berkabung. Saya sebagai manajemen Arema FC siap bertanggung jawab penuh atas insiden kemarin. Kami siap memberikan bantuan santunan apapun ke korban meski tidak bisa mengembalikan kondisi," ucap Gilang.


Tragedi Kanjuruhan tak hanya jadi sorotan nasional, media-media internasional juga mengangkat insiden ini sebagai pemberitaan utama. Sebab, insiden ini masuk urutan kedua daftar kejadian paling mematikan dalam sejarah sepak bola dunia.


×
Berita Terbaru Update